BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Tiap
makhluk hidup memperlihatkan suatu kecendrungan untuk mempertahankan jenisnya
jangan sampai lenyap dari permukaan bumi ini. Oleh sebab itu, setelah mencapai
umur tertentu tumbuhan menghasilkan suatu alat yang kemudian terlepas dari
induknya dan akan menjadi individu baru. Alat tersebut dinamakan alat
perkembangbiakan/alat reproduksi baik mengenai cara terjadinya maupun
sifat-sifat alat tersebut, pada tumbuhan dapat kita jumpai variasi yang sangat
besar (Amien, 1994:75-76).
Pada
Angiospermae gametofit betina terletak jauh di sebelah dalam ruang ovarium dan
jauh dari stigma. Sel-sel stigma mengeluarkan cairan seperti lendir yang
disebut eksudat. Pada umumnya hanya ada satu tabung polem, pada beberapa jenis
dijumpai banyak tabung polem. Stigma merupakan tempat memegang peranan penting
dalam perkecambahan polen. Butir polen mungkin berkecambah sewaktu masih dalam
antera. Pada proses pembuahan mungkin dijumpai alat-alat tambahan yang ikut
membantu masuknya tabung polen ke dalam ovulum. Alat tersebut adalah obturator,
yaitu suatu jaringan yang sel-selnya seperti rambut, inti jelas merupakan
perkembangan dari funikulus (Sunardi, 1993:68).
Gymnospermae
merupakan tumbuhan berbiji. Perbedaan antara Angiospermae dan Gymnospermae
bahwa pada Gymnospermae bakal biji tidak dilindungi oleh dinding ovarium,
sehingga dikatakan berbiji terbuka. Pada tumbuhan paku dapat bersifat
heterosfor atau homosfor. Gametofit dan sporofit hidup bebas. Alat reproduksi
mungkin terdapat pada suatu tallus yang sama atau terdapat pada tallus yang
berbeda. Alat kelamin berupa anteridium dan arkegonium. Untuk pembuahan
diperlukan air dimana sel-sel telur yang besar tetap di dalam arkegonium.
Tumbuhan paku berkembang biak secara seksual dan aseksual, yaitu melalui spora.
Fase sporofit lebih menonjol dibanding fase gametofit (Hasan, 1994:53).
Bunga
betina yang telah mekar berukuran sangat besar di dalam tiap ruangan terdapat
sebutir bakal biji yang mahkotanya menunjukkan sifat-sifat yang berbeda yang
berlekatan satu sama lain atau berbeda yang saling lepas. Dalam menentukan
letak kalix, maka dibutuhkan suatu diagram yang disebut dengan diagram bunga.
Setiap bunga mempunyai rumus yang berbeda-beda seperti pada bunga kelapa dan
bunga dari tumbuhan tingkat tinggi lainnya (Dwidjosoeputro, 1980:124).
Amien, M., 1994, Fisiologi Tumbuhan di Daerah Tropis,
Pabelan, Bandung.
Sunardi, 1993, Struktur dan perkembangan Tumbuhan,
Erlangga, Jakarta.
Hasan, 1994, Biologi, Intan Pariwara, Jakarta.
Dwidjosoeputro, 1980, Anatomi Tumbuhan, Depdikbud, Jakarta.
No comments:
Post a Comment